Bicara tentang Bumi Papua, memang tak pernah habis-habisnya. Di balik kekayaan yang ada, kondisi permasalahan pendidikan anak-anak Papua memang sangat memprihatinkan.

Berangkat dari kondisi tersebut, Fevrina Leny Tampubolon (26), Stefanus Onggo (30) dan Lumi Manullang (30) membuat suatu gerakan menggalang dana untuk menyokong pendidikan beberapa anak dari Papua yang disebut “Antar Arite ke Sekolah”.

Gerakan ini bermula dari pengalaman ketiganya saat menjadi guru ketika mengikuti “Program Kelas Unggulan” dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lanny Jaya. Di tahun 2015, mereka menjadi guru pada “Program Kelas Unggulan” yang masing-masing mengajar di kelas yang berbeda.

Dalam perjalanan mengajar, mereka menemukan masih ada beberapa anak yang belum bisa membaca dan menulis. Tak tinggal diam, mereka pun turut membantu dan mendorong anak-anak terus belajar.

Hingga di tahun 2016, program ini berhasil meluluskan semua siswanya yang berjumlah 37 orang. Pada perayaan kelulusan, seorang pejabat pemerintah menjanjikan akan memfasilitasi semua lulusan kelas tersebut untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah di kota-kota besar.

Sayangnya, janji itu tak kunjung direalisasikan sehingga semua lulusan tersebut melanjutkan pendidikan di beberapa sekolah regular di Lanny Jaya. Kualitas dan kelangkaan guru di kelas regular, berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran anak-anak.

Melihat kejadian itu, Leny, Ifan, dan Lumi tergerak memikirkan keberlanjutan pendidikan bagi anak-anak tersebut. Akhirnya, ketiganya meluncurkan ide pengumpulan dan penggalangan dana (Fundraising) untuk kelanjutan pendidikan anak murid mereka, dan mengkampanyekannya di sebuah platform online. Merekapun menyeleksi satu orang anak untuk disekolahkan. Terpilihlah Arite Lorestina Yigibalom yang selanjutnya mereka jadikan sebagai inspirasi nama kampanye gerakan ini, yaitu “Antar Arite ke Sekolah”.

Dalam perjalanannya, mereka menilai perlu menambah satu orang lagi untuk disekolahkan guna menemani Arite. Mereka mengajak Anince Kiwo mengikuti pendidikan di luar Papua, bersama dengan Arite.

Leny, Ifan, dan Lumi yang menggagas gerakan ini menyatakan bahwa kampanye “Antar Arite Sekolah” punya semangat yang berbeda dari pendanaan lainnya. Mereka tidak hanya mengedepankan uang, tetapi juga memberikan perhatian dan pemantauan demi keberhasilan pendidikan Arite dan Anince.

Kami tahu apa yang dialami anak-anak. Kami tahu cerita-cerita mereka, sehingga kami juga memiliki ikatan emosional dengan mereka. Jadi kami tidak hanya memenuhi kebutuhan mereka secara finansial, tetapi memastikan anak-anak ini sekolah dan bisa hidup lebih baik. Meski sedikit, kami ingin ini bisa berkelanjutan dan membuat pengaruh besar, “ ungkap Lenny.

Sekarang, Arite dan Anince telah hampir setahun bersekolah. Meski ada beberapa tantangan, namun mereka bisa bersekolah dan menikmati masa anak-anaknya. Kemanusiaan yang hidup dalam diri Leny, Ifan, dan Lumi dan orang-orang yang terlibat mendukung pendidikan Arite dan Anince; telah menghidupkan harapan Arite dan Anince untuk melanjutkan pendidikan. Benarlah bahwa kemanusiaan itu bukan hanya slogan! Ia harus dihidupi dan diwujudkan. Mari!