Saya lahir di tahun 90-an, di mana saya masih mendapatkan kesempatan belajar Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Berbeda dengan generasi sekarang –generasi milenial– yang umumnya sudah tidak mendapatkan pelajaran Pancasila. Dan, bisa saja tidak mengikuti upacara setiap Senin, karena tidak diselenggarakan oleh sekolah.

Bagaimana mereka bisa mengenal dan memahami Pancasila, yang adalah pandu bangsa? Miris rasanya jika kemudian ada anak yang tak hafal Pancasila. Padahal, makna dan maksud yang terkandung di dalam Pancasila, adalah landasan yang mempersatukan perbedaan bangsa demi sebuah tujuan akan masyarakat yang adil dan damai.

Indonesia memiliki banyak problematika yang belum terselesaikan hingga kini. Namun, sangat menyedihkan jika kemudian mendengarkan komentar pesimis dan menggerutu dari anak muda. Belum lagi sikap pasrah diri, seolah tak ada jalan keluar. Miris, mengingat mereka adalah generasi penerus bangsa.

Saya hidup lebih dari 7 tahun di dunia pendidikan, khususnya di sekolah swasta. Sedikit banyak, saya menyaksikan betapa rendahnya kepedulian anak muda pada bangsa. Nilai-nilai Pancasila belum terwujud dalam hidup. Ini diindikasikan lewat cara mereka memperlakukan sesama teman. Salah satu contoh paling nyata dan kian marak terjadi adalah perilaku risak (bullying); baik melalui kata-kata, tindakan, ataupun media sosial.

Merisak adalah bukti kemanusiaan yang tidak adil dan tidak beradab. Mereka memperlakukan teman-teman mereka lebih rendah; entah dengan candaan, sindiran atau hinaan yang terus menerus. Perbedaan, dalam hal ras, bahasa, budaya, atauun fisik, pun dijadikan sebagai bahan risakan. Akhirnya, ada orang yang tersisihkan. Mereka seakan lupa bahwa mereka adalah sesama manusia.

Lantas, bagaimanakah kita harus memperbaiki masalah-masalah ini? Menurut saya, pendidikan adalah solusi jangka panjang bagi masalah ini. Prinsip mendidik (educate) seharusnya ada pada diri setiap orang, pada setiap pekerjaan, kapanpun dan dimanapun berada. Apapun profesi kita, entah sebagai ibu rumah tangga, bos, karyawan, dokter, polisi; hendaknya menjadi kesempatan untuk mendidik. Apapun profesi kita, hendaknya menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap kepedulian, menanamkan kebenaran dan integritas.

Tidak ada yang tahu bahwa didikan sekecil dan sesederhana apapun yang kita berikan, dapat memberikan dampak yang membekas dan bersifat jangka panjang. Mari tanamkan nilai-nilai baik dalam diri, dan dalam diri sesama yang berinteraksi dengan kita. Hidupi nilai Pancasila: kemanusiaan, kepedulian, dan persatuan.

Penulis

Diannita Dwi Pujiastuti Gazalie adalah pendidik dan pembelajar yang sedang belajar menulis tentang kehidupan dan kebangsaan. Baginya, menjadi warga negara bertanggung jawab adalah menggunakan logika dan anugerah Tuhan dengan beraksi nyata yang berdampak bagi negeri, bukan sekedar komentar kritis dan apatis tanpa solusi.

Sumber foto: www.rumahzakat.org.