Saya berasal dari sebuah desa kecil di salah satu kabupaten yang ada di Kalimantan Utara. Yang ingin saya bagikan adalah “Malinau”, sangat asing ditelinga kebanyakan orang. Jangankan Malinau, sedangkan Kalimantan Utara saja masih terasa asing karena merupakan provinsi termuda di Indonesia. Tetapi pada tahun ini merupakan tahun yang sangat luar biasa untuk saya sekaligus Kalimantan Utara, khususnya Malinau. Pada tahun ini saya bersama dengan beberapa teman membentuk sebuah komunitas Earth Hour Malinau untuk anak-anak muda yang ada di Malinau.

Komunitas ini diinisiasi penuh oleh WWF Indonesia-Malinau. Di awal pembicaraan ketika kami membentuk komunitas ini, kami memiliki waktu tiga minggu untuk mempersiapkan semuanya, mulai dari pembentukan panitia, acara sampai dengan anggaran. Karena komunitas Earth Hour Malinau ini baru pertama kali diadakan di Malinau dan kalimantan utara maka kamipun berencana mengundang Bupati untuk membuka acara ini.

Kami menginfokan kepada bagian Humas Protokol Pemda kab. Malinau, dan dilanjutkan kepada Sekda karena berhubungan dengan Bupati. Pada H-3, hasil kerja kami sudah 90% dan di saat itu kami selaku panitia komunitas Earth Hour Malinau diundang untuk melakukan audiensi bersama dengan Bapak Sekda didampingi oleh Bapak Kabid Humpro. Kami menjelaskan keseluruhan program Earth Hour ini, dari mulai tujuan, fokus dan sampai kepada rundown acara.

Respon dari Bapak Sekda sangat luar biasa positif dan sangat mengapresiasi kami. Yang membuat kami kaget dan tidak bisa berkata apa-apa adalah ketika Bapak Sekda menambahkan tugas kepada kami untuk mengundang seluruh warga kabupaten Malinau. Padahal awalnya kami hanya menargetkan anak-anak muda dengan jumlah 300 orang. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, dan persiapan yang harus dilakukan jika masyarakat juga ikut berpartisipasi. Kamipun ditantang harus mampu memberikan yang terbaik untuk Malinau.

Yang ada dipikiran kami adalah kami akan melakukan yang terbaik sebisa dan semampu kami. Singkat cerita, tiba di hari-H kamipun sibuk dengan tanggung jawab masing2, namun kami sempat khawatir karena 8 menit sebelum acara dimulai cuaca tidak bersahabat dengan kami. Gerimis dalam beberapa menit, tersadar akan satu hal kamipun berkumpul dan berdoa menyerahkan seluruh acara dan cuaca. Mujizatpun terjadi, 5 menit setelah kami berdoa gerimis berhenti dan langitpun menjadi terang benderang, bukan hanya di awal tetapi sampai pada akhir acara. Acara tersebut di hadiri oleh Bupati, SKPD, FKPD, WWF Indonesia-Malinau,masyarakat 1500-2000an orang, komunitas-komunitas anak muda yg terlibat dari berbagai bidang.

Ini adalah pengalaman yang menginspirasi saya dimana kami diberikan kepercayaan penuh untuk membuat sebuah acara besar dengan kapasitas kami yang masih sangat muda dan baru dalam hal seperti ini. Kami mampu mampu melakukan semuanya karena kerja sama tim. Hasil dari acara ini, kami diberi kepercayaan dalam berkontribusi dalam acara-acara yg lain. Intinya, ketika kita melakukan pekerjaan bersama-bersama sebagai tim, maka hasil akan menjadi baik dan sukses. Namun, ketika kita tidak mampu melakukan pekerjaan bersama karena kita kurang percaya dengan rekan sekerja, maka hasil yang kita dapatkan tidak akan baik.

 

Penulis

Juwitha Jekson adalah alumni Johannes Leimena School of Public Leadership for Young Leaders 2017, asal Malinau, Kalimantan Utara.