Kenangan semasa kecil di desa Tangsi, Salatiga, begitu membekas dalam benak Endi Aras. Di desa itulah, Endi banyak berkenalan dengan permainan-permainan tradisional. Pria berusia 53 tahun ini mengaku jatuh cinta pada permainan tradisional.

Endi berkisah banyak pelajaran yang ia petik dari berbagai permainan tradisional. Mulai dari nilai kesederhanaan, kebersamaan, taat aturan, hingga demokrasi.

Permainan tradisional yang bahan-bahannya mudah ditemukan memiliki nilai kesederhanaan. Selain itu, permainan tradisional juga sarat kebersamaan bagi semua orang tanpa harus melihat perbedaan suku, agama, warna kulit, dan lainnya.

Endi mengambil contoh, permainan gerobok sodor. Anak-anak akan membuat garis-garis dan aturannya sendiri sehingga ada nilai taat aturan di dalamnya.

Sedangkan, Hom pim pa  mengajarkan nila-nilai demokrasi. Endi menjelaskan, kata “hom” bermakna  kembali ke Tuhan, sehingga saat bermain pun kalah-menang bisa saling diterima.

Sayangnya, permainan tradisional  kini semakin memprihatinkan. Gempuran modernitas dan era digitalisasi, membuat permainan tradisional kian terlupakan.

“Kalau dulu  orang tua susah mengajak anak-anak bermain ke dalam rumah, sekarang justru susah sekali mengajak anak keluar. Gempuran mainan impor yang terbuat dari plastik menguasai permainan dalam negeri. Akibatnya, anak-anak sekarang kehilangan kreatifitas,“ungkap Endi.

Kekhawatirannya akan punahnya permainan tradisional serta nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tersebut, menggerakkan Endi terus memperkenalkan permainan tradisional.

Kondisi itulah yang membuat Endi yang ketika itu masih berprofesi sebagai wartawan, dimintai Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk  mengorganisasi Festival Gasing Indonesia (2005).

Sudah lebih dari satu dekade Endi mencari, mengumpulkan dan menginventarisasi berbagai permainan dari seluruh Nusantara. Dalam perjalanannya, Endi harus berkorban banyak:  waktu, pikiran hingga material.

Bagi Endi, mainan tradisional bukan sekedar bentuk fisiknya saja. Endi juga memaknai ada nilai Pancasila dalam permainan tradisional. Nilai-nilai kesederhanaan, kebersamaan, taat aturan, hingga demokrasi semuanya terkandung dalam Pancasila.

“Kalau mainan-mainan tradisional ini hilang, bukan sekedar fisiknya saja yang hilang. Tetapi juga nilai-nilainya. Itulah yang membuat saya tetap bertekad menjaga permainan tradisional, “ungkap Endi.

 Tekad melestarikan mainan tradisional sejalan dengan kesadarannya sebagai Warga Negara yang bertanggung jawab. Ada atau tidak ada bantuan dari pihak lain atau pemerintah, Endi tetap berusaha melestarikan permainan tradisional dan menambah koleksinya di Gudang Dolanan Indonesia.

Endi berharap, kelak Gudang Dolanan Indonesia bisa berkembang menjadi sebuah Museum Mainan Tradisional yang menjadi saksi betapa kayanya permainan tradisional Indonesia.