Ibadah Puasa dan Tarawih di Tengah Wabah Corona

Apr 23, 2020

CARA LAIN MENDENGARKAN:

Transkrip

Kita dalam keadaan sulit ini, kita harus membiasakan diri pandai bersyukur pada Tuhan. Karena kita berada di rumah, tidak bekerja, lalu kita tertekan, tapi kita harus juga bisa melihat orang-orang yang mungkin tidak lebih, tidak beruntung, dari kita sehingga kita bersyukur.

Elva:

Pak, inikan kita juga sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan, dimana sebetulnya puasa itu dalam agama manapun, sepertinya dalam kepercayaan manapun, puasa ini menjadi sarana bagi kita untuk mendekatkan diri lebih dekat lagi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kondisi seperti ini Pak, ini juga rasanya menjadi hal yang sangat kita bersama sayangkan, karena bisa jadi bulan puasa masih musim-musim corona, ini kita enggak bisa Tadarus di masjid, kita enggak bisa Salat Tarawih di masjid. Bagaimana cara kita mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadan, di masa-masa sulit seperti ini, Pak?

Alwi Shihab:

Iya betul, kita harus membayangkan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Nomor satu, puasa sebagaimana yang Elva tadi sampaikan bahwa itu adalah sarana untuk mendekatkan kita kepada Tuhan. Dari itu, puasa adalah satu-satunya ibadah yang betul-betul istimewa di mata Tuhan dan ganjarannya langsung diberikan kepadanya.

Puasa bukan hanya bagi umat Islam, tapi semua agama. Bahkan Nabi Musa sebelum menghadap Tuhan, dia diperintahkan puasa empat puluh hari. Artinya apa? Puasa ini adalah cara manusia untuk menyucikan dirinya dengan mengharapkan ganjaran, anugerah, perlindungan dari Yang Maha Kuasa.

Jadi umpamanya pun kita tidak bisa Tarawih, mari kita cari jalan penggantinya. Penggantinya apa? Kita bisa Tarawih di rumah dengan keluarga. Kalau yang belum punya anak, ya cukup suami istri, lalu kita betul-betul mendekatkan diri karena pada bulan puasa itu sebenarnya sepuluh hari terakhir dianjurkan untuk kita beri’tikaf. Tanpa kita melakukan i’tikaf di masjid, kita juga bisa beri’tikaf di rumah.

Jadi ibadah puasa ini adalah ibadah yang istimewa di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan diharapkan dari kita yang berpuasa, kita berada di rumah. Dengan adanya Corona ini, kita bisa lebih akrab dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kita berpuasa, karena diharapkan dengan puasa ini kita bisa mencapai takwa yang lebih dalam, kita bisa sesuai dengan ayat-ayat. Dalam rangkaian kewajiban puasa itu, ada tiga karakteristik yang diharapkan dari seorang yang berpuasa.

Selain takwa kepada Allah yaitu mendekatkan diri, tidak melupakan perintah-perintah-Nya, melaksanakannya dengan baik, lalu meninggalkan larangannya. Itu adalah definisi takwa. Tapi juga diharapkan orang yang berpuasa ini bersyukur.

Nah kita dalam keadaan sulit ini, kita harus membiasakan diri pandai bersyukur pada Tuhan, karena kita berada di rumah, tidak bekerja, lalu kita tertekan, tapi kita harus juga bisa melihat orang-orang yang mungkin tidak lebih, tidak beruntung dari kita sehingga kita bersyukur. Kita bersyukur bahwa kita diberi kesehatan. Kita bersyukur bahwa keadaan kita masih lebih baik dari banyak orang yang juga mengalami kesulitan dalam hidupnya.

Dan yang ketiga yang diharapkan dari puasa ini, kita lebih bijaksana, lebih wise. “la’allahum yarsyuduun”. Lebih wise artinya kita bagaimana di dalam pergaulan kita dengan sesama, bagaimana jalinan hubungan kita dengan orang tua, bagaimana dengan tetangga kita, bagaimana kita menjalin hubungan yang saling produktif dan tapi saling hormat-menghormati. Jangan sampai kita berbuat hal-hal yang bisa menyinggung orang lain.

Jadi dalam puasa dan dalam suasana Corona ini, kehidupan kita seharusnya kondusif untuk kita lebih dekat kepada Yang Maha Kuasa. Dan sebagaimana yang kita ketahui bahwa puasa bakal akan mengantarkan kita kembali kepada kefitrahan kita, kesucian kita sehingga suasana yang sulit dengan adanya Corona, ditambah dengan upaya kita untuk mendekatkan diri melalui puasa, Insyaallah Tuhan tidak akan menyia-nyiakan apa yang kita lakukan pada bulan puasa ini.

Kita harus optimis bahwa sebagaimana kita bisa memerangi hawa nafsu kita, kita juga bisa memerangi hawa nafsu keinginan kita untuk melakukan hal yang mungkin tidak menjadi prioritas pada bulan puasa ini. Maka saya sangat berharap bahwa kita semuanya yang menunaikan puasa dapat memperoleh rahmat Tuhan, ampunan dan jalan keluar, jalan keluar yang lebih baik dari sebelumnya.

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, apa yang akan kita alami besok, tetapi kalau kita mempunyai pegangan yang erat, yang kuat kepada Yang Maha Kuasa, maka perasaan optimisme akan lahir dari jiwa kita. Dan perasaan optimisme inilah yang akan menjadikan usaha kita kedepan akan lebih maju dan akan lebih sukses. Jangan sampai ada perasaan galau, jangan sampai ada perasaan yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang demikian ini tidak membantu usaha kita untuk maju di hari-hari mendatang.

Jadi ya yang paling penting bagi kita semuanya, khususnya dari anak-anak muda ini, harus mempunyai jiwa optimisme. Jangan sampai pesimisme itu akan mengganggu rencana-rencana besar yang tadinya sudah dibayangkan sebelumnya.

Kali ini kita akan keluar dari Corona, kita akan keluar dari bulan puasa Ini dengan optimisme baru dan diperkuat dengan suatu kepercayaan penuh bahwa Yang Maha Kuasa akan bersama kita, yang akan membimbing kita karena kita sudah menjalin hubungan yang lebih erat lagi.

Dan selain itu juga saya ingin pesankan bahwa anak-anak yang masih memiliki orang tua, pada saat-saat sekarang ini perbaikilah atau tingkatkanlah hubungan yang erat dengan orangtua, karena doa-doa orangtua itu yang sangat didengar oleh Yang Maha Kuasa, oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pada saat orangtua mendoakan anak-anaknya. Kalau yang sudah meninggal tetap kita bisa berdoa untuk orang tua kita, dan diharapkan bahwa segala dosa dan kekhilafannya diampuni oleh Tuhan. Itu juga satu cara untuk kita mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Jadi sekali lagi, mari kita sama-sama optimis. Setelah Corona, kita akan menjadi orang yang lebih percaya diri karena kita telah menggantungkan nasib kita kepada Yang Maha Kuasa, di samping ikhtiar kita yang optimal untuk mencapai cita-cita kita.

Elva:

Iya Bapak, terima kasih banyak atas waktunya, nasihatnya, sapaannya kepada anak-anak muda hari ini. Semoga anak-anak muda yang nanti mendengarkan, ini pesan dari bapak, nasehat dari bapak akan sampai kepada lebih banyak lagi anak muda di Indonesia, agar tetap merawat optimisme dan kepercayaan kepada Tuhan di masa-masa sulit seperti ini. Terima kasih banyak Pak Alwi.

Alwi Shihab:

Ya, sama-sama. Semoga bermanfaat.

Elva:

Amin. Pasti bermanfaat Pak.