Persaingan dan Ketegangan Islam dan Kristen

May 27, 2020

CARA LAIN MENDENGARKAN:

Transkrip

Pada akhir-akhir ini memang jarang kita dengar tapi ini tercatat dan banyak lagi ayat-ayat lain.

Saya ingin memberikan semacam analisa, kenapa kedua agama ini kelihatannya banyak ketidaksepahaman padahal bisa kita himpun kesepahaman-kesepahaman yang bisa menjadikan hubungan kedua komunitas dan agama ini menjadi lebih akrab, lebih baik, bisa bekerjasama untuk kepentingan masyarakat khususnya di Indonesia dan masyarakat global.

Pendengar setia Podcast Alwi Shihab, tahukah Anda pada 2007 di Yordania 138 tokoh muslim dunia dari berbagai madzhab menandatangani sebuah surat terbuka berisi ajakan kepada para pemimpin gereja di dunia untuk berdialog dan bekerjasama demi kebaikan manusia dan perdamaian dunia.

Surat tersebut berjudul “A Common Word between Us and You”, sebuah persamaan di antara kami dan kamu. Surat tersebut menyatakan bahwa umat Muslim dan Kristen bisa bekerja sama untuk mencapai kedamaian dengan mendasarkan pada dua perintah terbesar yang sama ditemukan pada kedua agama yaitu love of God atau mencintai Tuhan dan love of neighbor, mencintai sesama. Podcast Alwi Shihab episode ini adalah presentasi Profesor Doktor Haji Alwi Shihab sebagai narasumber pada acara webinar “A Common Word for the Common Good” yang diselenggarakan oleh Institut Leimena pada 18 Mei 2020. Selamat mendengarkan.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Saya merasa sangat berbahagia pada siang hari ini, dapat berbincang-bincang tentang topik yang, bagian kebahagiaan saya, my passion, Christian-Muslim relation.

Sewaktu saya berada di Amerika, saya menulis buku Islam inklusif yang betul-betul menggambarkan usaha saya dan teman-teman, agar Islam dapat dipahami lebih baik bukan saja oleh non-muslim tetapi oleh Muslim sekalipun.

Topik kita pada hari ini sangat relevan karena kita berbicara tentang hubungan dua komunitas dua agama yang pada dasarnya menjadi penentu untuk perdamaian dunia. Apalagi tadi disebut kalau pada tahun ‘50 maka penganut dua agama ini akan mencapai 61 persen.

Banyak orang bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menjadikan hubungan antara komunitas muslim dan komunitas Kristen kadang-kadang terasa renggang, kalau kita tidak ingin menyatakan atau mengatakan ada semacam permusuhan atau ketidakserasian.

Padahal kalau kita kembali kepada kitab suci Al-Qur’an dan juga kitab suci Injil, kita tidak mendapatkan sedikitpun tanda-tanda yang bisa dijadikan landasan untuk permusuhan atau konflik di antara kedua komunitasi ini.

Saya pada kesempatan pertama ini, saya ingin menyampaikan satu ayat yang sangat jelas. Al-Qur’an menyatakan, “…latajidanna aqrabahum mawaddatal lillażīna āmanullażīna qālū innā naṣārā żālika bi`anna min-hum qissīsīna wa ruhbānaw wa annahum lā yastakbirụn.”

Ini ayat Qur’an yang artinya kamu akan mendapatikelompok yang paling dekat kecintaannya, paling dekat hubungan mesranya dengan kalian umat Islam adalah mereka yang mengatakan kami ini pengikut Yesus, nashara.

Dilanjutkan dengan sebab daripada kedekatan itu adalah karena mereka di antara mereka ada pemuka-pemuka agama, ada pendeta-pendeta dan yang paling menonjol adalah mereka itu adalah orang-orang yang tidak menunjukkan arogansi.

Ini ayat Qur’an pada akhir-akhir ini memang jarang kita dengar tapi ini tercatat dan banyak lagi ayat-ayat lain. Saya ingin memberikan semacam analisa kenapa kedua agama ini kok kelihatannya banyak ketidaksepahaman, padahal bisa kita himpun kesepahaman-kesepahaman yang bisa menjadikan hubungan kedua komunitas dan agama ini menjadi lebih akrab, lebih baik, bisa bekerja sama untuk kepentingan masyarakat khususnya di Indonesia dan masyarakat global.

Mari kita kembali kepada sejarah.

Begitu Nabi Muhammad diutus di Mekkah, kira-kira tiga tahun setelah itu, ada pertempuran antara Persia dengan Romawi. Pada saat itu umat Islam merasa bahwa ia ingin kalau bisa Romawi Kristen ini yang menang. Dan berharap agar kiranya umat Kristen yang menang dan karena apa, karena ada kesamaan di antara umat Islam dan umat Kristen sama-sama kita jadi suatu keluarga kitab.

Istilah di dalam Al-Qur’an, ahlul kitab.

Kita bersama-sama menyembah Tuhan Yang Satu, sama-sama memiliki kitab-kitab suci yang diturunkan melalui utusan Tuhan dan banyak lagi persamaan-persamaan sehingga diabadikan di dalam Al-Qur’an yang menyampaikan di situ bahwa Romawi kalah dalam peperangan ini.

“Gulibatir-rụm. Fī adnal-arḍi wa hum mim ba’di galabihim sayaglibụn.”

Kali ini Romawi Kristen kalah, tetapi dalam beberapa tahun yang akan datang kalian akan menyaksikan bahwa Romawi Kristen akan mengalahkan Persia yang menyembah berhala dan menyembah api dan seterusnya yang tidak sesuai dengan keinginanmu.

“Wayaumaidzin” dan pada waktu Romawi menang

“yafrahul mu’minuun”, pada waktu itu orang-orang Isla, orang-orang yang beriman akan merasa gembira.

Jadi berarti dari awal umat Islam selalu merasa ada kedekatan karena di dalam Al-Qur’an, agama samawi yang patriatnya Abraham, Ibrahim, itu dinamakan satu kelompok keluarga kitab, keluarga, “ahl” artinya keluarga.

Maka untuk membuktikan kedekatan ini, sewaktu Nabi Muhammad mulai mengkampanyekan ajaran baru di Mekkah, Ia dimusuhi oleh kelompok penduduk Mekkah dan menganiaya sehingga ada beberapa sahabatnya berimigrasi ke Abisinia, ke Ethiopia, di mana di sana ada raja, pimpinan negara yang bernama Negus yang beragama Katolik, beragama Kristen dan diterima dengan baik oleh Negus.

Bahkan setelah itu kelompok Mekkah ini datang untuk menemui Najasyi atau Negus di Abisinia dan meminta supaya diekstradisi, supaya dipulangkan dengan alasan bahwa mereka ini membawa agama baru dan agama baru ini mencerca Yesus Kristus.

Maka Najasyi memanggil pimpinan dari delegasi Nabi Muhammad itu yang bernama Ja’far bin Abi Thalib dan bertanya, apa benar agama yang dibawa Muhammad ini mencerca dan menghina Yesus Kristus dan menghina ibunya.

Lalu oleh Ja’far bin Abi Thalib disampaikan ayat Quran yang menjelaskan bahwa Ibu Maryam, “Wallatī aḥṣanat farjahā fa nafakhnā fīhā mir rụḥinā wa ja’alnāhā wabnahā āyatal lil-‘ālamīn.”

Ibu Maria yang telah memelihara, menjaga kehormatannya dan Kami Tuhan telah meniupkan roh Kami dan menjadikannya sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan untuk semesta alam.

Sewaktu orang-orang yang mencurigai Ibu Maria dan ini dilanjutkan di dalam Al-Qur’an juga,

“Yā ukhta hārụna mā kāna abụkimra`a sau`iw wa mā kānat ummuki bagiyyā.”

Wahai Maria yang dipanggil sebagai ukhta hārụna, ayahmu bukanlah seorang yang jelek dan ibumu bukanlah perempuan yang tidak benar.

Kenapa kamu bisa melahirkan seseorang, dianggapnya melahirkan dari seorang yang tidak dikenal.

Maka, Maryam, Ibu Maria, “Fa asyārat ilaīh, qālụ kaifa nukallimu mang kāna fil-mahdi ṣabiyyā.”

Maka Ibu Maryam menunjuk kepada Yesus Kristus untuk berbicara, lalu rombongan ini datang mengatakan, bagaimana kita bisa berbicara dengan bayi yang masih ada di buaian. Langsung Yesus Kristus, Nabi Isa mengatakan, “Qāla innī ‘abdullāh”, saya ini adalah hamba Allah dan saya telah dijadikan dan saya diberikan kitab Injil dan saya dijadikan Rasul.

Lanjutan dari ayat itu, “żālika ‘īsabnu maryam”, itu ceritera tentang Isa anak Maryam.

Ceritera yang benar tahu apakah kalian masih ingin menganggap atau melakukan argumentasi terhadap itu.

Najasyi mendengar ini lalu mengatakan bahwa hal yang saya dengar dari Jakfar bin Abi Thalib utusan Muhammad ini sebenarnya tidak jauh dari apa yang kami yakini maka tidak diterima permohonan orang-orang Mekkah untuk mengekstradisi.

Ini bukti hubungan yang begitu erat pada waktu itu.

Kenapa terjadi perkembangan selanjutnya? Saya kira perkembangan selanjutnya tidak jauh dari sejarah yang penuh dengan rivalitas karena kedua agama ini adalah agama misi.

Kalau kita berbicara di tatanan doktrin maka sangat banyak ayat-ayat suci Al-Qur’an yang memberikan landasan untuk kita berbuat baik dan tidak mencerca kelompok ahlul kitab.

Ayat yang sangat populer adalah “lā tujādilū ahlal-kitāb”, jangan berargumentasi dengan ahlul kitab Kristen dan Yahudi kecuali dengan cara yang paling baik dan katakanlah kepada mereka, “Qụlū āmannā billāhi wa mā unzila ilainā”.

Kami berdua komunitas Kristen dan Islam ini sama-sama percaya kepada kitab yang telah diturunkan kepada kita dan “Ilaahuna wa ilaahukum waahid”.

Tuhan kami dan Tuhan kalian itu satu dan “wa naḥnu lahụ muslimụn” dan kami berdua menyerahkan diri kepada Tuhan yang satu itu sehingga perkembangan rivalitas tadi yang menjadikan sejarah interaksi kedua agama ini tidak harmonis.

Sejarah menunjukkan bahwa 100 tahun setelah wafatnya rasul, Islam telah menguasai di kawasan Timur Tengah, Persia, Afrika Utara, Liberia, Spanyol dan India barat dengan ekspansi yang luar biasa.

Pada abad ke-11 terjadi first crusade, jadi pihak gereja atas permintaan Kristen Timur meminta bala bantuan karena ibukota Bizantium waktu itu telah dikepung oleh pihak atau kekuatan Islam sehingga minta bala bantuan dari Barat dan itulah yang terjadi crusade pertama sampai dengan crusade the keenam.

Abad ke-11 ini, adalah crusade pertama yang sebenarnya banyak juga yang mengkritik karena itu tidak sesuai dan tidak sejalan dengan anjuran Yesus Kristus untuk tidak menunjukkan kekerasan kepada siapapun, tapi gereja pada waktu itu mempunyai alasan untuk membebaskan daerah yang tadinya dikuasai Romawi dan Bizantium yang pernah dijadikan tempat dan kehidupan Yesus Kristus. Itu yang menjadi motivasi untuk menguasai Yerusalem.

Sampai crusade keenam berakhir dengan suatu perdamaian Yerusalem diserahkan kepada Kristen Romawi dengan suatu perjanjian 10 tahun penyerahan tersebut antara tokoh Ayyubi Islam yang bernama Kamil dan tokoh Romawi, Roman Emperor yang bernama Friedrich II pada tahun 1229.

Pada abad ke-13, pasukan Turki Islam melakukan ekspansi dan menguasai sebagian besar kawasan Balkan.

Bukan itu saja, Afrika Utara dan menguasai Konstantinopel pada tahun 1453 dan mengepung Vienna pada tahun 1529. Abad ke-16 gerakan Protestan muncul, Martin Luther dengan tulisan-tulisannya yang anti Nabi Muhammad dan itu bisa saja dimengerti karena suasana perang antara kelompok Islam dan kelompok Kristen. Bagaimana membangkitkan semangat agar kelompok Islam tidak maju sampai ke perbatasan Eropa barat, maka timbullah tulisan-tulisan yang tidak bersahabat khususnya kepada Nabi Muhammad.

Seorang penulis, Bernard Luiz, mengatakan sejak umat Islam menguasai Spanyol dan melakukan pengepungan kedua terhadap Vienna pada tahun 1683, Eropa berada di bawah ancaman kekuatan Islam.

Jadi hubungan rivalitas, hubungan antara dua komunitas ini telah mencapai suatu titik yang sangat rendah dalam hubungan antara kedua komunitas, terjadi perang namun serangan balik Kristen barat dimulai pada abad ke-15 dan munculnya kantong-kantong kolonialisme. Dan ini berlanjut sekitar satu abad dan pada saat masa itu kekuasaan Islam atau pengaruh Islam menurun dan kolonialisme berlanjut ke negara-negara Islam.

Perlu diingatkan bahwa Islam pada masa kejayaannya melampaui 3 luas kerajaan Romawi, tiga kali luas kerajaan Romawi. Namun abad ke-18, sejarah hubungan Kristen-Islam berbalik arah oleh kekalahan Turki.

Dengan kalahnya Turki maka, dengan runtuhnya Turki lambat laun hampir seluruh dunia Islam dari Afrika barat sampai timur jatuh pada kekuatan kolonial barat.

Persepsi negatif terhadap Islam dimulai sejak wafatnya Nabi karena sejak itulah mulai ekspansi terjadi. Bisa dibayangkan Mesir, Siria, Irak, itu semuanya dibawah pengaruh Kristen.

Inilah yang menjadikan hubungan antara kedua komunitas ini mencapai titik yang sangat rendah karena rivalitas dari kedua komunitas dan tujuan-tujuan dari kedua belah pihak.

Mulai sejak jatuhnya Baghdad pada tahun 1259 kalau saya tidak keliru dan mulai pulalah perbedaan-perbedaan pendapat di dalam kelompok Islam, lahir seorang tokoh yang bernama Ibnu Taimiyah.

Ibnu Taimiyah ini sangat keras pandangannya terhadap kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan pandangannya termasuk kelompok Islam yang antara lain menulis buku, “Al Jawabus Shalih li Man Badala Diin Al-Masih”, Try to Respond for Those Who Change atau Alter the Religion of Christ.

Dia mengkritik keras Kristen dan di antara lain yang dia katakan bahwa harus dijauhi oleh umat Islam adalah komunitas Kristen. Dari Ibn Taimiyah inilah lahir kelompok-kelompok garis keras yang dimulai dengan adanya seorang tokoh di Saudi Arabia yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab yang menganggap bahwa pandangan-pandangan Ibnu Taimiyah ini perlu untuk dilestarikan dan disebarluaskan.

Berkat petrodollar, Saudi Arabia berhasil untuk mempengaruhi dunia Islam termasuk Indonesia, di Afrika lebih-lebih lagi dan menjadikan pandangan Islam terhadap Kristen dan juga terhadap beberapa hal yang disebut oleh Ibn Taimiyah antara lain, Syiah antara lain, filsafat antara lain, mysticism, sufism, tapi pembicaraan kita tentang Kristen itulah yang menjadikan orang-orang yang tidak mengetahui inti dari ajaran Islam dan tidak mengambil ajaran Islam dari prime source, dari Al-Qu’ran yang mendistorsi pandangan Islam terhadap komunitas Kristen.

Dimana-mana saya selalu mengimbau bahwa perjalanan sejarah telah mengubah penafsiran doktrin-doktrin. Padahal kalau kita membaca Al-Qur’an, Al-Qur’an sangat jelas bahwa, “likullin ja’alnā mingkum syir’ataw wa min-hājā.” Bagi tiap kelompok kami telah ciptakan syariatnya, metodenya, kalau bisa Tuhan bisa menjadikan semua kelompok ini monolitik, satu saja.

Jadi ada yang Kristen, ada yang Yahudi, ada yang Hindu, ada yang Budha, semua memiliki syariat masing-masing, tapi Tuhan tidak ingin hal itu monolitik.

Karena apa? “Wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum”. Tuhan mau melihat tiap kelompok hasil karyanya, bagaimana performancenya untuk nanti Tuhan bisa nilai. Untuk itu jangan saling bermusuhan, yang kelompok-kelompok yang banyak ini.

“Fastabiqul-khairāt”, berlombalah untuk menciptakan kebajikan. Karena apa?

“Ilallāhi marji’ukum jamī’an”, kalian semua ini akan kembali kepada Tuhan, pada Kami kata Allah di dalam Al-Qur’an. Lalu Tuhanlah nanti yang akan memberitahukan.

“Fa yunabbi`ukum bimā kuntum fīhi takhtalifụn.” Tuhan yang akan memberitahukan titik-titik perbedaan di antara kalian.

Ayat yang lain, katakan mulai Muhammad pada non-muslim, “lā tus`alụna ‘ammā ajramnā”, kalian tidak akan mempertanggungjawabkan terhadap apa yang kelompok Islam, kami lakukan dari hal-hal yang buruk.

“Wa lā nus`alu ‘ammā ta’malụn”, dan kamipun tidak akan bertanggung jawab terhadap apa yang kamu lakukan tanpa mengatakan hal yang buruk yang engkau lakukan. Kalau kita mau persingkat lagi, wahai ahlil kitab kamu tidak akan diminta pertanggungjawabannya terhadap kesalahan yang umat Islam lakukan.

Sebagaimana halnya, kami umat Islam tidak akan bertanggung jawab terhadap apa yang engkau lakukan, tidak mengatakan hal yang jelek yang kau lakukan.

“Qul yajma’u bainanā rabbunā”, katakan wahai Muhammad kepada mereka itu semua, Tuhan nanti akan mempersatukan kita.

“ṡumma yaftaḥu bainanā bil-ḥaqq”, lalu Tuhan akan membuka yang mana yang benar, yang mana yang salah karena dialah satu-satunya Tuhan, “al-fattāḥul-‘alīm”, yang sangat mengetahui dan yang dapat membuka segala sesuatu yang menjadi hal-hal atau sebab pertikaian diantara kalian.

Jadi kita kembali bahwa pada abad ke-20, mulai ada perkembangan yang sangat menarik.

Gereja yang tadinya memusuhi Islam sekarang kembali dengan Konsili Vatikan 2 pada tahun yang dimulai 1962 sampai dengan 1965, berusaha untuk mencapai suatu kesepakatan yang harmonis dan understanding between the two communities.

Konsili Vatikan 2 berubah arah menjadi arah yang sangat bersahabat, sama halnya dengan arah Al-Qur’an yang bersahabat dengan kelompok ahlul kitab.

Sama dengan prinsip yang diambil oleh Negus, Najasyi dari Etiopia sewaktu dia menerima delegasi.

Jadi Konsili Vatikan 2 isinya, “The plan of salvation also includes” (jadi ini adalah suatu usaha dari gereja) “includes those who acknowledge the creator, in the first place among whom are the Muslims to hold the faith of Abraham, and together with us, they adore the One Merciful God, Mankind’s Judge on the last day.”

Artinya gereja merangkul umat Islam sebagai saudara yang bersama-sama mempercayai Tuhan yang satu.

Nostra Aetate pada Oktober ‘65 berbicara tentang hal yang sama, ” The Church has a high regard for Muslim.

They worship Merciful God. They submit themselves to Almighty God as Abraham did. They venerate Jesus as Prophet and his virgin Mother. The council pleads to forget the past, urges sincerely to achieve mutual understanding.”

Di sini kisah berhenti dan dari sini kita akan memulai usaha kita untuk melestarikan apa yang diajak oleh Konsili Vatikan 2 ini untuk kita selanjutnya membangun bersama-sama understanding yang harmonis di antara kedua komunitas.

Semoga ada manfaatnya dan mohon maaf kalau ada hal-hal yang kurang berkenan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.