Adakah Surga bagi Orang Non-Muslim yang Baik?: Masuk Surga bukan karena Amal! (Part 3)

Jul 20, 2020

CARA LAIN MENDENGARKAN:

Transkrip

“Tidak ada seorang ulama atau pemuka agama yang dapat menyatakan siapa yang masuk surga dan siapa yang tidak masuk surga.”

Saya ulangi apa yang saya sampaikan tadi bahwa rahmat Tuhan itu sangat luas sehingga tadi saya sampaikan, “wa raḥmatī wasi’at kulla syaī`”, rahmatKu ini meliputi sejagat raya. Jadi, dimanapun Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Mahakuasa, itu memberikan rahmat kepada hambaNya yang mendekat kepadaNya.

Dari itu, tanda-tanda rahmatNya kepada kita sekalian yang ada di dunia ini, bahwa waktu menggambarkan surga Al-Qur’an menyebutnya sebagai surga yang luasnya, “arḍuhas-samāwātu wal-arḍu”, sangat luas kalau bicara tentang surga. Sehingga bisa analogikan bahwa rahmatNya, surgaNya itu jauh lebih besar daripada siksaanNya.

Dan dari itu, pandangan-pandangan ulama yang terkemuka termasuk juga pandangan ulama yang aliran Salafi, seperti Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim, dan juga reformis Rasyid Ridha, menganggap bahwa disebabkan karena rahmat Allah yang sangat luas ini sehingga kata-kata “khālidīna fīhā” bahwa neraka yang akan diperuntukkan orang-orang yang berdosa, itu akan berada sepanjang masa.

Mereka ulama-ulama ini tadi mengacu kepada rahmat Tuhan dan keadilanNya, maka mengatakan bahwa kata- kata “khālidīna fīhā” diartikan sebagai yang jangkanya cukup lama, lebih lama daripada hal-hal yang biasa.

Dengan demikian tidak dibayangkan bahwa Allah dengan segala rahmatNya akan menyiksa hambaNya walaupun sebesar apapun sampai dengan sepanjang masa. Dari itu, Allah membuka tobat sebesar-besarnya.

Katakan wahai Muhammad kepada hamba-hamba-Ku yang berlumuran dosa, “jangan putus asa terhadap rahmat Tuhan”, “Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā”. Allah berjanji untuk mengampuni semua dosa-dosa karena Allah sangat Maha pengampun dan Maha penyayang.

Bahkan di dalam Hadits Qudsi, Allah mewajibkan kepada diriNya untuk memberi rahmat kepada hambaNya, “kataba ‘alā nafsihir-raḥmata”. Dan juga, Allah menyatakan di dalam Hadits Qudsi, “inna rahmati sabaqat ghadabi”, rahmatKu ini lebih dulu dari murkaKu atau kemarahanKu. Jadi, rahmat yang lebih depan daripada kemarahanNya, yang artinya bahwa Allah Maha pengampun, penuh dengan rahmat dan sangat mencintai hambaNya yang mau mendekat kepadaNya.

Di dalam hadits yang kita sering dengar bahwa hamba yang mendekat kepadanya dengan perbuatan-perbuatan baik, lama-kelamaan Tuhan mencintainya.

Jadi kembali kepada ayat menyangkut orang Yahudi, Nasrani dan Sabi’in tadi, walaupun mayoritas ulama menolak ayat tersebut sebagai dasar keselamatan tetapi tidak sedikit yang menganggap bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui rahmatNya akan memberikan keselamatan dan tidak akan menjadikan mereka yang disebut dengan apa yang di dalam Al-Qur’an bahwa beriman kepada Tuhan, berbuat baik, beriman kepada hari kemudian, akan dibiarkan di hari kemudian tidak selamat.

Kalau kita melihat apa yang kita hadapi pada masa kini, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah Islam yang penuh dengan kedamaian, Islam yang penuh dengan kasih sayang, tidak jauh daripada anjuran dan perintah Nabi Isa yang juga mengedepankan saling sayang menyayangi.

Jadi, mayoritas ulama menolak ayat ini atau ayat yang di atas yang masukkan Yahudi, Sabi’in dan pengikut Nabi Isa sebagai kelompok yang selamat, tentu menghubungkan dengan ayat-ayat lain yang memperkuat arti daripada ayat ini. Tetapi tidak sedikit yang menganggap bahwa dengan rahmat Allah, mereka yang disebut tadi bahwa kelompok Ahlul kitab yang lurus dan dinyatakan sebagai kelompok Sholihin akan mendapatkan tempat yang baik di sisi Tuhan dan akan selamat di hari kemudian.

Tetapi tidak ada satupun, tidak ada seorang ulama atau pemuka agama yang dapat menyatakan siapa yang masuk surga dan siapa yang tidak masuk surga. Tidak ada yang tahu kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nabi bersabda bahwa, “orang masuk surga bukan karena amalnya tetapi semuanya bertumpu kepada rahmat Tuhan”.

Dari itu, kita semuanya mari memohon agar mendapatkan rahmat Tuhan sehingga Tuhan akan mengingat kita dan menempatkan kita di tempat yang layak bagi amal-amal kita atas rahmat Tuhan yang Mahakuasa.

Kalau kita berbicara tentang keadaan Ahlul kitab pada masa kini, maka kita bisa melihat bahwa 60% dari dunia barat sesuai dengan survei yang dilakukan oleh banyak pemuka, baik Islam maupun Kristen, 60% di antara mereka yang menganggap bahwa Islam bukanlah agama damai, Islam adalah agama yang mempromosikan kekerasan dan terorisme dan itu kita bisa lihat di tv-tv negara barat pada saat ada diskusi- diskusi tentang agama Islam. Sangat sedikit yang menyatakan bahwa mereka tidak menganggap bahwa agama Islam ini sebagai agama damai dan penuh kasih sayang.

Dari itu, kita perlu melakukan koreksi sebagai umat Islam, apakah kita sudah menyampaikan misi dan petunjuk Al-Qur’an kepada orang-orang barat sehingga apa yang terjadi sekarang adalah permusuhan dan antipati terhadap Islam dan umat Islam.

Tidak segan seorang pemimpin di dunia barat untuk mengkritik bahkan mengecam agama Islam. Apalagi pada akhir-akhir ini dengan adanya kelompok ISIS yang membantai sana-sini, walaupun sebenarnya korban dari ISIS ini lebih banyak umat Islam daripada umat lain. Namun karena mereka membawa nama Islam, orang-orang di barat yang mengikuti televisi, itu akan langsung mengambil suatu kesimpulan bahwa agama ini adalah agama yang keras.

Nah, di sini kita lihat bahwa Islam, betul apa kata seorang penulis bahwa, the most misunderstood religion, agama yang paling tidak dipahami, agama yang tidak dikenal, agama yang tidak diresapi oleh manusia. Karena apa? Karena fanatisme dari satu pihak dan yang kedua karena kebodohan di pihak lain.

Nah, kita melihat di dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “wa mā kunnā mu’ażżibīna ḥattā nab’aṡa rasụlā”, Kami, Tuhan tidak akan menyiksa siapapun, sebelum Kami mengirimkan utusan rasul.

Dalam konteks sekarang ini, rasul karena sudah tidak ada maka, “Al ulama warasatul ambiya”, ulama-ulama inilah yang menjadi kepanjangan tangan dan yang bisa berbicara atas nama Rasulullah menjelaskan Islam kepada nonmuslim.

Apa yang terjadi bahwa ternyata 60% tidak mendapatkan atau dia mendapatkan informasi tentang Islam tetapi sudah penuh dengan distorsi.

Menurut ulama-ulama besar dari Sheikh Mahmoud Shaltut, grand Sheikh pada tahun 70-an atau 60-an, lalu ada tokoh dari Saudi Arabia, Sheikh Al Fauzan dan juga Sheikh Azhar Iskara, menyatakan bahwa persyaratan untuk mereka yang telah mendapatkan informasi tentang Islam adalah nomor satu, mereka yang sudah menerima informasi tentang agama Islam. Jadi yang bisa diterapkan dengan kata-kata atau firman Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak sampai kepadanya risalah Islam atau misi Islam.

Maka persyaratan yang bisa di, yang diperinci oleh tokoh-tokoh Muslim ini, antara lain adalah persyaratannya bahwa seseorang yang sudah menerima informasi tentang Islam.

Saya kira hampir semua di dunia ini sudah tahu bahwa ada agama yang namanya agama Islam. Kecuali di daerah-daerah terpencil mungkin di Afrika atau dimana-mana yang tidak pernah sampai apa yang namanya agama Islam. Ini yang pertama.

Yang kedua, Balaghah Solihah artinya informasi yang benar, yang tidak distortif. Informasi yang benar yang sampai kepada mereka yang sudah menerima Islam.

Nah, disini kita melihat bahwa pada umumnya orang-orang yang menerima informasi tentang Islam dan yang menjadikan 60% orang-orang barat itu tidak senang dengan Islam. Bukan karena apa? Karena dia belum menerima informasi yang akurat, yang komprehensif tentang Islam.

Dan yang ketiga, yang akan menjadi sasaran dan bertanggung jawab terhadap perilakunya adalah mereka yang mempunyai tingkat intelektualitas yang cukup. Jadi kita tidak bisa menghukum bahwa ada orang di desa walaupun di Amerika, dia tidak menerima Islam, dan dia menerima Islam tetapi dia hanya menerimanya melalui TV dan sebagainya, bukan itu yang dimaksud.

Mereka yang menerima Islam, dan mereka itu adalah orang-orang yang memiliki intelektualitas yang memadai, yang bisa membedakan mana yang benar mana yang salah.

Yang keempat, mereka yang sudah memenuhi persyaratan tadi, harus juga meluangkan waktu untuk melakukan penelitian tentang agama Islam. Jadi bukan saja menerima tetapi meneliti, dan pada akhirnya dia tahu bahwa agama Islam ini memang berada di jalan yang benar.

Kalau orang tadi ini yang sudah menerima informasi secara utuh dan dia mempunyai tingkat intelektualitas yang memadai dan sudah melakukan penelitian dan menyadari dan mengakui bahwa Islam ini memang benar, lalu mereka mengingkarinya, maka mereka termasuk orang-orang yang bertanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jadi kalau kita lihat di Amerika sekarang ini, saya 10 tahun di Amerika, banyak sekali orang tidak tahu apa sebenarnya Islam. Saya pernah mengajar Islam di beberapa universitas. Kelas pertama selalu saya berikan kuesioner. Pada umumnya mereka mahasiswa, itu betul-betul tidak tahu tentang Islam. Bahkan ada mahasiswa yang setelah selesai course, itu menyatakan bahwa, “oh, kalau begitu Nabi Muhammad ini yang tidak terlalu jelek ya”, artinya apa, apa yang ada di benaknya sebelumnya ini bahwa nabi Ini adalah nabi yang palsu dan yang tidak membawa kebaikan. Sehingga ayat tadi bisa dijadikan alasan menurut Sheikh Hasan, untuk kita tidak memvonis orang yang mendapatkan informasi yang tidak utuh untuk mereka dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang yang ingkar kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Nabi Muhammad.

Jadi dari 60% ini saya kira lebih dari 50% orang di Amerika itu yang tidak tahu Islam yang sebenarnya dan ini adalah tugas daripada umat Islam untuk menyampaikan apa adanya ajaran-ajaran Al-Qur’an.

Dari itu, terekam di dalam Al-Qur’an ada semacam keluhan Nabi Muhammad kepada Allah. “Qālar-rasụlu”, berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “yā rabbi”, wahai Tuhanku, “inna qaumittakhażụ hāżal-qur`āna mahjụrā”, ya Allah, kaumku telah berperilaku acuh tak acuh terhadap Al-Qur’an.

Saya kira apa yang dikeluhkan oleh Nabi, itu terjadi pada hari ini. Banyak sekali kelompok Islam yang tidak menjalankan ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an, yang jelas semacam ISIS. Kelompok yang ikut di dalam teror yang menjadikan adanya apa yang kita kenal sebagai islamophobia. Orang takut kalau ada dengar Islam. Itu disebabkan karena banyak di antara umat Islam, banyak di antara ulama yang tidak konsisten terhadap ajaran Al-Qur’an.

Contoh yang saya hadapi sendiri,sewaktu anak saya berumur 10 tahun di Amerika untuk memperlancar bahasa Inggris, saya kirim ke desa dari tempat saya studi waktu itu pada weekend hari Sabtu dan Minggu menginap di keluarga pendeta di Illinois. Hubungan baik karena ada anaknya yang seumur, jadi anak saya menginap 2 malam di situ nanti berikutnya dia menginap di tempat kami.

Bayangkan setelah anak saya ini sudah berumur di atas 30 tahun, dia berusaha untuk menghubungi keluarga yang begitu erat pada waktu kecil, dia tidak diterima. Karena apa? Karena dia mempunyai persepsi tentang orang Islam dan Islam yang keliru. Padahal dia kenal betul anak saya ini bahkan dianggap sebagai anaknya.

Saya ingat anak saya kalau hari minggu dia diajak ke gereja sampai anak saya telepon, “Pak, saya diajak ke gereja”. Saya bilang, “Enggak apa apa, saya tetap Islam, kamu tetap Islam. Ikut saja untuk bisa memperlancar bahasa Inggris kamu”.

Ini yang terjadi dan bukan itu saja, banyak sekali pengalaman-pengalaman yang menjadikan kita setengah yakin bahwa orang-orang barat sebenarnya yang tidak simpati kepada umat Islam, kepada Islam, itu disebabkan karena kita juga yang tidak mempresentasikan Islam secara utuh, secara baik, sehingga mereka mempunyai pandangan yang negatif terhadap Islam. Dan mereka ini tentu saja mempunyai tempat tersendiri karena mereka belum menerima ajakan yang benar dari kelompok Islam.

Semoga apa yang saya sampaikan ini memberi manfaat bagi kita semua, dan Insyaallah kita bertemu di lain kesempatan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.